<< Kembali01 Agustus 2012( 12 Ramadhan 1433 H )
Tingkatkan Puasa Ramadhan
Para pembaca yang dirahmati Alloh SWT tidak
terasa ternyata untuk kesekian kalinya kita diberikan kesempatan oleh Alloh SWT untuk kembali bertemu dengan bulan Romadhon, bulan yang penuh hikmah dan keberkahan. Dari terjemahan ayat di atas, di dalam bulan Romadhon kita sebagai ummat muslim diberikan tugas untuk berpuasa. Nah pada kesempatan kali ini, melalui tulisan ini pula, Uje akan mencoba mengajak untuk bermuhasabah (bercermin diri) maksudnya adalah sudah seperti apa sih kualitas ibadah puasa kita…?
Para pembaca yang dirahmati Alloh SWT, ternyata ada tiga tingkatan kualitas orang berpuasa, sebagimana Imam al_Ghazali menyebutkan dalam salah satu kitabnya yaitu Ihya ‘Uluumuddin.
Yang pertama adalah tingkatan puasa orang yang awam (saumul ‘awam) nah golongan orang yang puasanya pada tingkatan ini, hanya berpuasa atau menjaga mulutnya
untuk tidak makan dan minum serta berhubungan suami istri pada siang hari. Tetapi dia tidak mampu menjaga lisannya untuk tidak berbohong, menipu atau membicarakan aib orang lain (ghibah), tidak mampu menjaga matanya untuk tidak melihat apa-apa yang dilarang oleh Alloh SWT atau singkat kata dia tidak mampu menjaga anggota badannya untuk tidak bermaksiat kepada Alloh SWT.
Bahkan orang yang berpuasa pada tingkatan ini, ketika bersantap sahur maupun buka puasa lebih mementingkan menu makanan yang lebih bervariasi, di siang hari hanya disibukkan untuk berjalan-jalan sambil mencari jenis-jenis makanan yang
akan disantap waktu berbuka, begitupun pada malam hari dia sibuk mempersiapkan makanan sebanyak-banyaknya untuk bersahur. Semakin mendkti akhir bulan Rhomadhon bukannya semakin dekat dan meramaikan mesjid dan musholla tetapi malah menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan.
Yang kedua adalah tingkatan puasa orang yang khusus (saumul khushush). Imam al_Ghazali menerangkan dalam kitabnya Ihya ‘Uluumuddin “ Adapun puasa khusus ialah mencegah pendengaran, penglihatan, lidah, tangan, kaki dan anggota-anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa “. Jadi golongan orang yang puasanya pada tingkatan ini, dia tidak sekedar berpuasa atau menjaga mulutnya untuk tidak makan dan minum serta berhubungan suami istri pada siang hari. Tetapi dia mampu menahan pandangannya dari segala hal yang tercela. Rosululloh SAW bersabda dalam sebuah hadist, yang artinya : “ Barang siapa yang meninggalkan pandangan karena takut kepada Alloh SWT niscaya Alloh SWT akan menganugerahkan kepadanya keimanan yang mendatangkan manis dalam hati “. Dia juga mampu menjaga lisannya untuk tidak berbohong, menipu atau membicarakan orang lain (ghibah), kemudian dia juga mampu mampu menjaga pendengarannya dari suara- suara yang tidak baik. Singkat kata dia mampu menjaga seluruh anggota badannya untuk tidak bermaksiat kepada Alloh SWT. Biasanya puasa pada tingkatan ini sudah mampu dilakukan oleh para ‘Ulama dan para Waliyulloh.
Dan yang ketiga adalah tingkatan puasa orang yang khusus lebih khusus (saumul khushushul khushush) al_Ghazali menerangkan dalam kitabnya Ihya ‘Uluumuddin “ Adapun puasa khusus dari khusus, yaitu puasanya hati dari pada segala cita-cita yang hina dan segala fikiran duniawi serta mencegahnya dari selain Alloh ‘Azza wa jalla secara keseluruhan. Dan hasillah berbuka (membatalkan) dari pada puasa ini, dengan berfikir dari selain Alloh dan hari akhirat, dan dengan berfikir tentang dunia, kecuali dunia yang dimaksudkan untuk agama. Maka yang demikian itu adalah sebagian dari pada perbekalan akhirat dan tidak termasuk dunia yang sebenarnya “ golongan orang yang puasanya pada tingkatan ini adalah tingkatan paling tinggi karena dia tidak saja mampu menjaga seluruh anggota badannya untuk tidak bermaksiat kepada Alloh SWT bahkan lebih dari itu, dia mampu menjaga hatinya untuk tidak mengingat selain Alloh SWT. Imam Abdulloh bin Husain bin Thohir berkata : “ Di bulan Romadhon ini, amal ibadahku sama saja seperti Romadhon tahun-tahun yang lalu. Tidak bertambah juga tidak berkurang,
aku bukannya tidak ingin menambah ibadahku di bulan ini, tetapi aku tidak memiliki waktu kosong untuk mengerjakan ibadah yang lain, waktuku semua seudah penuh “. Lalu ia berkata kepada anak-anaknya, “ Wahai anak-anakku, jika ada dari kalian
yang mampu untuk menjual sedikit saja waktunya, niascaya akan aku beli “. Biasanya puasa pada tingkatan ini dilakukan oleh para nabi dan rosul Alloh SWT.
Para pembaca yang dirahmati Alloh SWT, jadi ibadah puasa bukan hanya sebatas menahan lapar dan haus sejak mulai terbitnya matahari di pagi hari hingga terbenamnya matahari. Namun bila kita direnungi ma’na dari puasa itu sendiri, maka akan kita dapati ada beberapa hikmah yang terkadang luput dari perenungan kita. Dengan ibadah puasa kita menahan hawa nafsu kita agar tidak mengarah kepada sesuatu yang tercela dan kemaksiatan, Karen ibadah puasa ini bukan hanya sebatas menahan haus dan lapar, melainkan juga menjaga hati dan amalan kita, mengontrol hati, jiwa dan raga untuk tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan dan kemungkaran.
Para pembaca yang dirahmati Alloh SWT, dari penjelasan yang cukup singkat di atas, coba kita bermuhasabah (bercermin diri) sudah pada tingkatan mana puasa yang kita lakukan…?
Wassalamu’alaikum
Warohmatullohi Wabarokatuh.